Menyelami Jiwa Mendidik Seorang Guru


Oleh: Anton Kuswoyo
Pemerhati Pendidikan, tinggal di Banjarbaru
e-mail: kuswoyo_anton@yahoo.co.id

Guru adalah pekerjaan profesi yang sangat mulia. Dikatakan sangat mulia karena peran seorang guru tidak hanya sebagai pengajar, lebih dari itu guru dengan susah payah mendidik dan memberi suri tauladan kepada siswa-siswanya. Guru mempunyai dedikasi tinggi untuk menjadikan kehidupan siswa lebih bermakna dan potensi mereka terjelmakan. Dalam mengajar, guru memberikan inspirasi dan motivasi kepada siswa-siswanya.
Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Sebelum mengajar, seorang guru sudah menyiapkan bahan yang akan diajarkan sebaik-baiknya. Di dalam kelas guru berusaha semaksimal mungkin mengajak siswanya belajar. Dengungan siswa yang tertarik mengikuti pelajaran, tangan-tangan teracung penuh antusias, tubuh-tubuh condong ke depan penuh rasa ingin tahu, semua itulah suasana belajar yang diharapkan seorang guru. Setiap kata, pikiran, tindakan dan interaksi dengan siswa merupakan momen belajar.
Mengajar adalah hak untuk diraih dan diberikan oleh siswa. Belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia, pikiran, perasaan, bahasa tubuh, pengetahuan, sikap dan keyakinan untuk berhasil. Untuk dapat menjalankan itu semua, seorang guru harus bisa memasuki dunia siswa. Untuk menarik keterlibatan siswa, guru harus membangun hubungan, yaitu dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Hubungan akan membangun jembatan menuju kehidupan-bergairah siswa, membantu membuka jalan memasuki dunia-baru mereka, dan berbicara dengan bahasa hati-mereka. Membangun hubungan memerlukan niat, kasih sayang dan rasa saling pengertian.
Di dalam kelas guru mengajarkan kepada siswa-siswanya berbagai ilmu pengetahuan. Mengajar bukanlah perkara mudah, karena guru tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu, melainkan harus tahu bagaimana siswa-siswanya bisa menerima ilmu yang diajarkannya. Di sinilah nilai lebih seorang guru. Menghadapi puluhan siswa yang sifatnya berbeda-beda butuh suatu keterampilan khusus. Mengajar tidak hanya menyampaikan metode saja, tetapi juga menjalin komunikasi dua arah dengan siswa. Kemampuan untuk menjalin komunikasi inilah poin penting dalam mengajar. Bagaimana guru berbicara di depan kelas, menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan siswa, bahkan sampai bagaimana guru mengeluarkan humor-numor segar, untuk menghidupkan suasana kelas. Kadang siswa merasa tidak nyaman dengan gurunya, tidak nyambung dengan pelajaran yang disampaikan, enggan untuk bertanya karena gurunya tidak menanggapi pertanyaan dengan bahasa yang baik. Ini adalah masalah serius, jika siswa sudah merasa tidak nyaman dengan guru, maka sulit baginya untuk dapat menerima materi pelajaran yang disampaikan, sulit menerima ilmu yang diajarkan, bahkan merasa malas untuk mengikuti pelajaran di kelas. Kadang siswa suka kepada guru yang berjiwa muda, supel dalam pergaulan dengan siswa, dan tidak membatasi diri dengan siswa, sabar, pengertian dan mau mengerti kesulitan siswa, enak diajak diskusi maupun ngobrol ringan. Guru seperti inilah biasanya menjadi idola para siswa. Tapi tentunya masih dalam batas-batas hubungan antara guru dan murid.
Oleh sebab itu, langkah awal dalam mengajar adalah menjalin komunikasi dan memahami karakter tiap siswa. Karena kemampuan tiap siswa tidak sama, ada yang cepat paham ada yang lambat, ada yang perlu diulang-ulang beberapa kali baru mengerti, ada yang punya gaya belajar auditori, kinestetik maupun visual. Menghadapi berbagai sifat siswa memang perlu pendekatan khusus. Tiap siswa kadang perlu perlakuan yang berbeda-beda. Intinya adalah bagaimana membuat semua siswa nyaman dalam belajar. Tentu hal ini memerlukan kesabaran dan ketekunan seorang guru. Mendidik manusia memang susah, dan peran guru sangat menentukan di sini.
Bersifat terbuka dan bersahabat dengan siswa perlu dilakukan oleh seorang guru. Apalagi menganggap bahwa siswa adalah seolah-olah anaknya sendiri, sehingga tumbuh kasih sayang dalam diri guru kepada semua siswanya. Siswa pun merasa nyaman berada di dekat gurunya, sehingga proses transfer ilmu dari guru kepada siswa akan menjadi lebih mudah. Berkomunikasi dengan luwes dan mengajak siswa aktif di kelas akan menambah keharmonisan dalam proses belajar mengajar.
Memberikan suri tauladan dan contoh nyata dalam perilaku sehari-hari juga merupakan tugas guru. Mendidik artinya mengajarkan dan memberikan tauladan mengenai budi pekerti, moral, etika dan sopan santun. Sehingga kelak siswanya benar-benar menjadi generasi penerus yang berilmu serta berakhlakul karimah. Lebih-lebih di zaman sekarang ini, merosotnya moral dan etika anak-anak muda. Di satu sisi ini adalah akibat dari globalisasi dan pengaruh perkembangan teknologi yang semakin pesatnya, tapi di sisi lain ini adalah indikator pendidikan moral di sekolah-sekolah yang masih harus ditingkatkan lagi ke arah yang lebih baik. Mendidik tidak hanya memberikan berbagai konsep atau ajaran, tetapi bagaimana guru memberikan contoh langsung dalam perilakunya sehari-hari, dalam ucapannya, baik itu yang dilihat langsung oleh siswa maupun tidak. Jadi sebelum mendidik siswa, memang idealnya seorang guru sudah mendidik dirinya sendiri. Walaupun guru juga manusia yang tidak mungkin sempurna, tidak mungkin lepas dari salah hilaf, tapi berusaha untuk menjadi guru yang baik itu perlu dilakukan.
Di sinilah perlunya ”jiwa” mendidik seorang guru. Jika seorang guru sudah mempunyai jiwa mendidik, maka dalam perilaku dan ucapannya akan selalu mengandung ajaran-ajaran dan tauladan yang baik.
Guru juga harus bisa memberikan motivasi kepada siswa-siswanya. Menumbuhkan semangat belajar dan mendorong untuk selalu berprestasi. Mengarahkan bakat siswa dan turut mengembangkan potensi yang dimiliki siswanya. Menjadi tempat curhat dari hati ke hati, tempat konsultasi dan bertukar pengalaman.
Memang begitu berat tugas seorang guru. Itulah profesi, yang bukan hanya sekedar pekerjaan, tapi juga bakat dan keikhlasan untuk mengabdi, bukan hanya sekedar melaksanakan kewajiban, tapi juga ibadah untuk mengharap rihdo Allah.
Di tanganmu wahai guru, nasib bangsa dan generasi muda ini. Untuk semua guru di Indonesia, semoga terus berkarya membangun bangsa.

Comments :

0 komentar to “Menyelami Jiwa Mendidik Seorang Guru”

Posting Komentar